Cerita Pendek Tentang Mimpi Putri ( mengingat Hari Kartini )



Ketika itu hari senin tanggal 21 April jam 7 pagi, disebuah rumah sederhana yang berpagarkan kayu dan di hiasi beberapa tanaman Bunga di pelataran, duduk seorang gadis remaja diatas ambin tua nan reot. gadis itu duduk pas di depan rumah dan menghadap ke arah terbitnya matahari. kebetulan rumahnya mengahadap ke timur. Gadis itu bernama Putri. Anak tunggal dari pasangan yang bernama darsam dan aminah. secara fisik gadis itu memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu pendek. kulitnya berwarna kuning langsat dan rambutnya berwarna hitam kecoklatan. jika dilihat dari dekat cukup cantik untuk ukuran gadis desa di tempat ia tinggal. 


Aktifitas Putri ialah sebagai seorang pelajar SMA di salah satu perguruan menengah atas di desa ia tinggal dan sekaligus sebagai pekerja buruh tani. namun status pekerja buruh tani itu ia dapatkan jika hanya memang itu diperlukan untuk mengisi waktu kosong jika sudah tiba hari libur sekolah.  Setahun yang lalu ketika ia mau menginjak kelas 2 SMA, ia memilih jurusan IPS sebagai pilihan yang tepat sampai ia lulus nanti. tiga tahun ia habiskan waktu untuk belajar tentang ilmu - ilmu sosial setingkat SMA. mempasrahkan ilmu praktis yang tertera dalam buku, dan menerima apapun ketentuan kurikulum sekolah sebagai kurir Tuhan dalam mendistribusikan ilmu yang nantinya ia akan terima.


Jam terus berputar dan putri masih duduk mengahadap ke arah terbitnya matahari. cahaya makin lama makin merambati pelataran dan makin lama makin menunjukan ketidaksahabatanya. Ayah dan ibunya telah pergi ke sawah 2 jam yang lalu. kini ia sendiri di rumah sekaligus jaga rumah. kebetulan hari itu adalah hari libur untuk memperingati Ibu kartini, momen itu dimanfaatkan oleh Putri untuk berdiam diri di rumah. meskipun hari libur itu tidak berlaku seluruhnya atau secara Nasional, namun  hari libur itu  berlaku untuk Sekolahan Putri. terdengar dari sela - sela kicau burung di pepohonan putri yang bermata sipit itu, terlihat tersenyum sendiri dan berucap  " tanggal 21 April ". tak lama setelah berucap putri mengambil buku dari dalam tas yang ada disampingnya dan kemudian membukanya. dengan penuh hikmad ia membuka dan membaca buku itu. waktu terus berjalan, dan putri makin tenggelam dalam bacaanya. makin tenggelam.


Putri dikenal sebagai gadis yang pendiam namun suka dengan pergaulan. teman - temannya sering menyebutnya dengan sebutan gadis misterius. ini semua berawal dari kebiasaanya yang membuat teman - temanya bingung. meski memiliki daya tangkap yang lebih daripada teman - temanya, ia lebih sering tampil sebagai sosok yang bersahaja dan lebih suka menjadi seorang pendengar dari pada Pembicara. Ia dikenal juga bukan orang yang pendendam dan suka membantu teman dalam berbagai urusan. untuk mata Pelajaran, ia paling  suka dengan mata pelajaran sejarah. Entah apa yang membuat putri sangat menyukai pelajaran sejarah. ia memiliki mimpi yang besar. sangat besar sampai - sampai jika ada orang tau mimpinya, ia yakin orang yang tau itu akan menertawakan dirinya. baginya bermimpi adalah modal utama untuk menggapai apa yang sekarang belum tergapai. dengan mimpi manusia akan dihantarkan ke keadaan yang selalu ia impikan. 


sebelum memiliki harapan yang besar, pertama - tama yang dilakukan oleh si manusia adalah dengan menjadi pemimpi yang ulung, kemudian menjadi pejuang yang ulung pula. ia pernah bercerita kepada teman - temanya tentang Emansipasi Wanita. menceritakan siapa - siapa tokoh yang pernah memperjuangkan kesamaan kedudukan dan Hak. Ia juga memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang Perempuan. baginya Perempuan adalah lambang kehidupan. Entah hidup yang memaksa ia untuk menjadi gundik atau Perempuan yang dipandang rendah, ia tetap menjadi lambang kehidupan untuk generai - generasinya. mungkin pengertian yang demikian semakin menyala karena Ia juga dilahirkan sebagai seorang Perempuan.


Dua jam kemudian di sela - sela waktu putri tengah membaca datanglah salah satu temanya, Herman. tak lama terlihat makin mendekat, ia menyapa " putri " dipelataran depan rumah. tanpa segan - segan putri menyapanya balik dan kemudian mempersilahkan untuk duduk bersamanya. matahari semakin menaik ke atas. sinarnya semakin lama semakin memakan kesejukan pagi itu. 


Redupan hati putri yang kentara dari kediamanya selama berjam - jam kini sirna dengan datangnya herman sebagai teman ngobrol di siang itu. mereka saling tersenyum malu dan sesekali terbesit pikiran masing - masing " mau ngobrolin apalagi ya ".herman adalah teman sekolah Putri, namun beda jurusan. ia mengambil jurusan IPA. Berbeda dengan Putri, herman lebih dikenal sebagai orang yang suka bicara. namun hal itu bukan menjadi hal yang negativ karena ia juga suka mendengarkan. Setengah jam berlalu dan mereka belum tiba dalam suatu obrolan yang bermakna sampai pada akhirnya Herman memulai dengan :


" Put aku boleh tidak bertanya sesuatu ?" ia bertanya dengan sedikit gugup dan malu - malu.Iya boleh. 


" tanya tentang apa ? " jawab putri.


" tadi malam aku di tanya sama ayah dan ibuku. kira - kira aku sudah punya nggak tentang mimpi atau cita - cita gitu. namun pertanyaan itu tidak aku jawab. nah bukan berniat untuk ngetes atau gimana, kira - kira kalau boleh tau apa mimpimu sampai detik ini ? " herman mulai memberanikan diri.


" apa memang perlu betul aku jawab ? " putri berbalik tanya kepada Herman.


" ya terserah. jujur ketika aku ditanya orangtuaku demikian bukan karena aku tidak bisa menjawab, namun entah mengapa aku susah untuk mengatakanya."


" lalu jika sekarang aku yang menanyakan pertanyaan yang sama gimana ?" tanya putri sambil tersenyum percaya diri.


" loh kenapa sekarang kamu menanyakan pertanyaan yang seharusnya kamu jawab ? " ekspresi herman heran.


"hmm..... herman. " sebut putri " sebelumnya aku mintak maaf mengatakan ini. aku bisa sedikit mengetahui kenapa kau tidak berani berkata tentang mimpimu kepada orangtuamu. ketika kita mengatakan kepada orang lain mengenai mimpi kita, ini bukan persoalan mimpi saja yang timbul karena kita menganggap bahwa mimpi itu adalah bayangan ilusi yang dengan mudah kita bungkus dalam benak kita. kita berpikir bahwa mimpi adalah suatu keindahan dunia yang tanpa halangan dan rintangan. namun herman, ini yang harus benar- benar kita ketahui, persoalan mimpi adalah persoalan hidup. hidup yang penuh dengan dinamika dan terkadang hidup juga tak ingin mengenal mimpimu. Bermimpi adalah suatu keberanian.


" apa yang kau maksud dengan mimpi adalah suatu keberanian ?" tanya herman.


" Bermimpi adalah suatu keberanian, dan berjuang untuk mimpi adalah kemualiaan." tegas putri.


" mulia ? " herman bertanya - tanya.


" aku sering membaca tentang sejarah tokoh - tokoh dunia yang hasil dari pemikiran mereka dapat dengan mudah kita rasakan sekarang ini. pemikiran itu timbul dari adanya keinginan untuk keluar dari keadaan yang membuat mereka bosan dan jenuh dalam menjalani kehidupan ini. seperti Pramoedya yang mengatakan lewat salah satu bukunya,manusia adalah mahluk yang dapat menciptakan kenyataan - kenyataan baru. tahukah kau herman, bahwa keadaan adalah modal utama untuk memacu diri agar lari dari keadaan yang monoton. dari keadaan yang membuatmu merasa kerdil, akan timbul ide untuk mengabstrasikan suatu tindakan agar keadaanmu berubah. " putri semakin menikmati pikiranya tercurah lewat kata - kata.


" lalu apa hubunganya mimpi dengan keberanian ?" tanya herman yang makin lama hanya bisa dengan khidmat mendengarkan.


" bermimpi bukan hanya persoalan bagaimana caranya kau bermimpi, tapi bagaimana caranya kau menggapai mimpimu itu. jangan sampai menjadi orang yang takut menggapai mimpi. atau yang lebih parah, untuk bermimpi saja tidak berani. mau jadi kita nantinya ? " pertanyaan yang membuat herman semakin bertanya - tanya.kemudian putri melanjutkan kembali :


" kau tau ini hari apa herman ? 


"hari senin, hari kelahiran Ibu Kartini." jawab herman. kemudian putri melanjutkan.


" Entah karena memang aku dan Ibu Kartini sama - sama dilahirkan sebagai seorang perempuan atau bukan, aku cukup kagum dengan cara dan gaya pemikiran beliau. meski dalam lingkungan budaya yang mengangungkan laki - laki sebagai orang yang paling agung dalam keluarga dan sosial, beliau dengan segala idealismenya, berani berpikir bahwa wanita adalah mahluk yang sama dari sisi derajat dan hak. meski ia juga terlahir dilingkungan budaya jawa ia tidak segan - segan untuk menjustifikasi budaya jawa adalah budaya yang menghambat kemajuan Perempuan. ia melihat sekeliling bahwa perempuan hanya dijadikan layaknya benda yang dapat dikoleksi. dalam lingkungan sosial pun, Perempuan memiliki perbedaan dimata hukum dan hak dalam kepemilikan. aku percaya bahwa sebanrnya hukum tercipta untuk menjamin kepemilikan individu maupun kelompok. terus bagaimana perempuan bisa terjamin jika di hadapan hukum saja perempuan memiliki perbedaan dengan laki - laki. Pada masa - masa ia masih remaja, ia bersekolah di sekolah yang ada di hindia ketika itu. dari perjalana beliau sampai akhirnya ia lulus, ia memiliki mimpi untuk tetap melanjutkan aktifitas imiahnya, yaitu untuk bersekolah di eropa. ia pun berkeninginan untuk menjadi guru di daerah betawi. namun pada Tahun 1903 beliau mengurungkan niatnya. Itu semua terjadi karena ia akan segera menikah. apa itu adalah pilihannya ? aku percaya dan yakin tidak. karena memang beliau mengetahui betul tentang budaya jawa, jika perempuan sudah menikah bermimpi untuk untuk menjadi orang yang persis seperti apa yang ada dalam mimpinya, itu hanyalah sebuah kemustahilan. Dengan menikah ia akan menghabiskan waktu untuk menjadi istri yang senantiasa melayani suami, bahkan terkadang untuk menjadi istri yang harus rela jika suaminya menikah lagi. itulah budaya jawa ".


karena haus setelah menceritakan yang cukup panjang, putri bergegas masuk ke dalam rumah dan kembali dengan membawa dua cawan Air putih. ia kembali duduk dan mempersilahkan herman untuk minum. tak berhenti di situ putri pun melanjutkan :


" beliau menikah dengan Bupati rembang yang bernama K.R.M Adipati Ario Singgih Djojodhiningrat. yang pernah memiliki 3 istri. bayangkan perempuan istimiwa itu hanya menjadi istri ketiga dari laki - laki yang hanya berjabat Bupati. apa itu suatu keadilan jika Ibu kartini hanya menerima keinginan dari orang lain yang bukan beranjak dari keinginanya sendiri. aku memang terlahir sebagai seorang perempaun her, meskipun dengan keadaan keluargaku yang masih dibawah layak secara ekonomi dan lingkungan yang masih awam, aku percaya dan yakin bahwa dengan bermimpi dan berjuang perempuan juga bisa menjadi layaknya laki - laki. bahkan bisa lebih. apa kau percaya herman ?"iya aku percaya. setelah mendengar kau bercerita sekarang aku mulai berani menata mimpiku dengan serius dan yakin."kita masih muda. dan masih banyak yang belum kita selesaikan. jika tidak kita mulai dari sekarang dan dari diri sediri, terus kapan lagi. hidup ini aktif her. aktif untuk melumatkanmu dalam kesengsaraan dan akan aktif juga untuk mengangungkanmu dalam kemandirian.percakapan itu terjadi selama beberapa jam. disamping terjadi obrolan yang serius mereka juga masih menyempatkan untuk mengobrolkan hal - hal yang lucu. mulai dari cerita tentang kelucuan saat sekolah maupun pas tengah bermain. herman cukup lama disitu. sampai akhirnya tiba waktunya herman mau pulang putri masih menyisahkan beberapa pertanyaan. " apakah kita akan bertemu lagi dalam waktu yang lama her ? "herman tersenyum mendengarnya, dan selang beberapa menit kemudian herman akhirnya pamit untuk pulang.


Putri adalah gadis dengan sejuta impianya. Pemikiranya tentang kehidupan terinspirasi dari beberapa cerita cerita sejarah dan cerita tentang keadaanya sendiri. ia berkeyakinan bahwa segala pencapaian yang ada dalam kehidupan ini berawal dari keberanian untuk bermimpi. bermimpi atau hanya tidur menikmati mimpi saja.

0 Responses to “Cerita Pendek Tentang Mimpi Putri ( mengingat Hari Kartini )”

Post a Comment