Malam tadi ketika aku sedang enak menikmati kopi sambil membaca buku, datang dua temanku untuk mengajak ngobrol seputar cinta. Aku kaget dan tersenyum karena menurutku mereka masih kecil. Tapi tidak apalah, aku juga sering memanfaatkan momen momen seperti ini untuk bersilaturahmi. Dan akhirnya Tanpa basa basi merekapun memulai.
Mereka bercerita layaknya acara radio cinta. Satu diantara mereka ada yang bercerita tentang hubungannya dengan seorang perempuan. Dia mengaku bahwa cinta tidak pernah ia rasakan ketika berhubungan dengan seorang perempuan. Dia juga bercerita tentang orangtuanya yg telah bercerai, dan mengatakan juga tentang alasan ia dilahirkan oleh ibunya. Alasan ia dilahirkan adalah cinta oleh kedua orangtuanya.
Aku suka dengan ceritanya meskipun aku yakin dia belum paham betul dengan isi dan makna ceritanya.
Kemudian temanku yang satu lagi bercerita tentang kebenciannya terhadap perempuan yang meninggalkannya ketika dia telah menaruh harapan besar kepada perempuan tersebut. Dia bercerita tentang sikap tak acuh dari perempuan trsbt, bercerita tentang ketidakpedulian terhadap dirinya dan masih banyak lagi. Sekali lagi aku tersenyum dan mengatakan kepada dirinya, itu adalah sebuah ironi. Ketika mereka tengah sibuk bercerita, sesekali aku mencoba menangkap ekspresi mereka. Menangkap apakah mereka berkata dari hati atau tidak.
Setengah jam berlalu, dan aku masih menjadi pendengar yang santun dan bijak. Menampung segala pernak pernik cinta lewat kata.
Akhirnya ketika mereka telah merasa cukup menceritakan segala pernak pernik cinta, salah satu dari mereka bertanya kepadaku : " mas Fajril, mas tau tidak apa itu cinta ? ". Pertanyaan itu seperti gledek yang menyambar - nyambar dengan cahaya bengisnya.
Aku diam sejenak kemudian tersenyum.
Mencoba mengingat dan menyusun kalimat yang bagus untuk mereka. Kulihat mereka menunggu jawabanku sambil komar kamit.
Dalam hati aku berkata, sekian lama aku hidup belum pernah ada yang bertanya tentang hal tersebut. Lalu apa yang harus kukatakan kepada mereka ?. Baiklah.
" teman temanku sekalian, aku suka dengan cerita kalian dan suka dengan masalalu kalian. Dulu aku juga pernah mengalami hal yang sama. Tapi mungkin agak sedikit berbeda. Bedanya kalian bisa menceritakan tentang cinta, sedangkan aku tidak. Yang aku ketahui, ketika ada orang yang saling menyayangi dan saling mengasihi, hampir setiap saat mereka merasa menjadi mahluk yang paling sempurna. Saling berbagi untuk hal hal yang sederhana sekalipun. Merasa tenang dan bisa tersenyum. Dan yang paling penting adalah momen momen membahagiakan itu dapat merubah pandangan mereka tentang hidup. Mereka merasa lengkap dan tidak ada sedikitpun yang kurang. Aku yakin kebersamaan itulah yang membuat demikian. Lalu apakah itu yang disebut dengan cinta ? . Entahlah, aku sendiri juga belum yakin. Sebab ketika kebersamaan itu harus berakhir dengan ketiadaan, Ketiadaan kasih, ketiadaan sayang, ketiadaan perhatian, bahkan ketiadaan diri dalam sekejap , momen tersebut dapat merubah seseorang menjadi sebuah entitas tanpa arti. Pandangan tentang hidup yang dulu indah kini berubah menjadi pandangan tentang hidup yang fana. Mata hati yang yg dulu sering melihat sisi dunia dari luar, kini hanya melihat tentang diri yg telah menjadi sebuah ironi. Keindahan hidup tidak pernah hadir dalam kesendirian. Yang ada hanya sebuah kepahitan dan kesedihan. Hidup hanya memiliki satu jenis sikap, dan senantiasa memaksa untuk meninggalkan kehidupan ini. Apakah ini yang disebut cinta ?
Ketika seseorang tengah berbahagia dengan kebersamaanya, apakah dia telah merasakan cinta. Dan bagaimana pula ketika seseorang tengah bersedih dengan kesendiriannya apakah dia juga telah merasakan cinta. Inilah yang sering membingungkan teman teman".
Ketika bercerita dengan jalan cerita tersebut, aku tidak sadar ternyata mereka telah menitihkan airmata. Aku sendiri bingung, darimana aku bisa menceritakan hal tersebut.
Aku sendiri masih belum tau tentang apa itu cinta.
Namun akhirnya aku sadar satu hal, ternyata mereka semua telah menceritakan dari hati. Lalu dari mana aku bisa tau? bagaimana tidak, aku dan mereka sama sama menitihkan airmata. Aku rasa itu sudah cukup membuktikan.
0 Responses to “TENTANG CINTA DAN secangkir kopi.”
Post a Comment