Ujian Nasional adalah momen dimana banyak diantara murid -murid SMA, menganggap ini adalah momen yang menentukan harkat dan martabat sebagai seorang pelajar. hasil belajar selama tiga tahun dipertanggung jawabkan ketika hasil ujian sudah keluar. deg degan itu pasti. stres jangan sampai. lalu apakah mungkin Ujian Nasional ini dapat dimaknai sebagai momen yang benar - benar ditakuti sehingga banyak murid - murid yang stres, bahkan gila ? lalu apa kemiripanya dengan Pemilu ?
baiklah kita simak makna historis dan filosofis dibawah ini.
Ujian Nasional adalah Ujian dimana untuk regulasi Anggaran dan teknis pelaksanaanya bersumber dari Pemerintah pusat. Ada pendistribusian kertas Ujian, kelengkapan media penunjang, hingga Honor untuk guru pengawas kalau memang itu di perlukan. Berdasarkan Undang - undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang standart Nasional Pendidikan. ada tiga syarat bagi Peserta ujian Nasional 2014.yakni telah duduk di kelas terkahir ( XII) pada setiap jenjang, memiliki nilai rapor yang lengkap dan memiliki ijazah lulus dari jenjang pendidikan sebelumnya minimal 3 tahun, kecuali untuk kelas akselerasi. ini adalah beberapa ketentuan bagi perserta ujian Nasional.
Kriteria kelulusan bagi peserta ujian Nasional tahun 2014 adalah formula gabungan antara nilai UN sebesar 60% dengan nilai ujian sekolah sebesar 40%.sehingga untuk rata - rata nilai kelulusan adalah 5,50 ( nilai paling rendah tiap mata pelajaran adalah 4,00 ).
Diatas adalah aturan yang berlaku secara nasional. Dari kriteria rata - rata nilai kelulusan ada yang menganggap terlalu berat namun ada juga yang menganggap biasa - biasa saja. ujian nasional diadakan setahun sekali. dan ujian nasional pun memiliki anggaran yang tidak sedikit dari APBN. secara prosedur resminya mengenai penyelenggaraan Ujian Nasional, semua anggaran akan dialokasikan untuk pembiayaan ujian Nasional. Terlepas Program tersebut dijadikan sebagai Proyek pribadi atau bukan, semua tergantung bagaimana kelencaran dari Program tersebut.
Dari beberapa sekian juta perserta ujian Nasional yang sekarang tengah deg - degan, hampir semuanya memiliki perasaan bahwa dengan mengikuti ujian nasional, mereka tengah mempertaruhkan kemungkinan terbesar dalam hidupnya selama menjadi Anak didik di bangku sekolah Menengah atas. mereka menghabiskan waktu selama kurang dari tiga tahun, dan sekaligus menghabiskan anggaran dari keluarga mereka sendiri. mengenai waktu mereka selama kurang dari tiga tahun, menurut aturan gabungan nilai UN di atas sebesar 60% sedangkan US 40%. karena Presentase UN adalah 60% maka UN adalah penentu kelulusan. lalu bagaimana Eksistensi Presentase US sebesar 40% untuk kelulusan Perserta didik ? ini yang sekarang mau saya bahas dengan Sudara - sudara.
Bagi saya Ujian Nasional masih kurang adil dalam menentukan kriteria kelulusan. Bagaimana bisa Ujian Nasional yang hanya terjadi kurang dari satu minggu menjadi penentu kelulusan Perserta didik yang telah menempuh belajar mengajar selama kurang dari tiga tahun ? iya kalau lulus. kalau anggak, bisa stres itu Peserta didik. banyak sekali yang harus menjadi pertimbangan bagi para guru mengenai spesifikasi kemampuan murid. jika mau menilik lebih dalam, Anak seusia anak - anak SMA sudah selayaknya diarahkan pada metode belajar yang sifatnya menalar, bukan menghafal. bukankah kita masih ingat metode belajar yang ditawarkan oleh Socrates : metode belajar yang baik adalah dengan metode dialogis atau dialektis. dari sini anak di tuntut untuk mau dan mampu berpikir panjang serta mengambil suatu kebenaran atau kesimpulan dari pertentangan secara dialektis. itu baru metode untuk cara berpikir, belum metode dalam riset aplikatif. kemudian Newton yang belajar dari kejadian, kepalanya tertimpah apel. dari hal yang ia ketahui melalui Indra kemudian diserap ke dalam kognisi. dari sini terjadi dialektika internal untuk merumuskan " apa yang membuat apel itu bisa jatuh menimpa kepalanya ? ". setelah berpikir panjang, hasil dari proses berpikirnya terefleksi melalui Riset. dan dari riset inilah lahir Hukum Gravitasi. lalu apakah untuk Anak didik setingkat SMA/SMK tidak bisa berpikir seperti itu ?. metode ini adalah metode yang telah melahirkan banyak ilmuan - ilmuan yang berpengaruh di dunia. sistem pengajaran yang bagus akan menentukan kualitas daripada perserta didik. saya dulu sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan/ SMK, jurusan Otomotif. dalam sistem pengajaran sekolah yang saya tempuh, yang saya rasakan sendiri, 40% teori dan 60% praktek. namun ketika datang momen Ujian Nasional, kenapa yang menjadi penentu kelulusan adalah Ujian tertulis sebesar 60% sedangkan penentu kelulusan Ujian Praktek sebesar 40% ? bukankah ini aneh. padahal jika yang dimaksudkan sekolah SMK adalah mencetak tenaga yang siap kerja, saya rasa dengan lulus kompetensi Praktek itu sudah cukup untuk terjun langsung dalam dunia kerja. akan sangat miris jika ada salah satu anak didik yang benar - benar kompeten dalam Praktek industri contohnya, ternyata semua harapan untuk bisa langsung kerja hilang hanya karena tidak lulus Ujian Nasional. apakah ada yang bernasib seperti itu ? saya yakin 100% pasti ada. sekolah seharusnya mampu mencetak lulusan yang benar - benar siap terjun dalam dunia kerja maupun pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan spesifikasi kemapuan dan keahlian masing - masing. Bagaimana bisa, Ujian yang hanya bermata Pelajaran yang hampir sama, menentukan kelulusan Murid - murid yang memiliki spesifikasi kemampuan dan keahlian yang berbeda - beda. bagaimana tidak stres jika ada yang gagal lulus hanya karena tidak mampu menjawab soal Ujian Tertulis.
dari beberapa kegiatan diskusi yang saya ikuti, saya memiliki solusi yang bisa saya tawarkan jika memang itu diperlukan. Pertama karena untuk merubah sistem Pengajaran adalah dengan merubah aturan Nasionalnya dulu,(baca ; bukan berarti tidak bisa ) maka saya bebankan dulu bagi para guru untuk mampu mengajar denngan metode untuk merangsang Peserta didik agar berpikir secara sistematis dan mandiri. namu lucunya, justru ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan banyak dari para guru yang merekomendasikan agar setiap calon peserta mengikuti les tambahan. bukankah dengan adanya Les tambahan, ini semakin membuktikan bahwa kurikulum dan para gurunya bodoh semua karena selama kurang dari tiga tahun, harus mengajar lagi. terus apa yang telah didapatkan oleh peserta didik dari kurikulim dan guru-gurunya ? untuk merubah sistem belajar mengajar sebenarnya lengkap, namun saya yakin pasti ada metode resmi untuk mengelola hal tersebut. kemudian dalam mekanisme ujian serta jaminan kelulusan. mekanisme Ujian harus bisa membuat perserta didik bersemangat bukanya takut. Presensi juga harus menjadi penentu paling dominan disamping ada ujian secara tertulis dan praktek. lalu bagaimana eksistensi dari UN ? UN memang wajib dilaksanakan, namun bukan berarti presentase terbanyak malah di UN. harus ada jaminan untuk kelulusan perserta didik melalui sistem UN.
Ada kemiripan antara Ujian Nasional dan Pemilu 2014 ini. pertama ini bisa menjadi peluang bagi para Guru maupun instansi yang terkait untuk memainkan anggaran. bisa juga terjadi permainan untuk meluluskan persera didik dengan cara diluar aturan. Menurut data, jumlah anggaran untuk UN sebesar 560 miliar. tidak sedikit bukan ?
jika kita kalkulasikan dari 7.157.218 peserta didik dengan besaran anggaran dari Pemerintah 560 miliar maka tiap murid mendapatkan 80 rb. pembagian itu sudah termasuk untuk pembagian biaya kertas Ujian, biaya pendistribusian, pengawasan oleh perguruuan Tinggi, pengawasan di Provinsi, pengawas kelas di satuan pendidikan hingga pemindaian lebar jawaban. pertanyaanya, itu merupakan anggaran dari pemerintah, lalu apakah setiap murid tidak membayar sebelum ujian dimulai ? itu baru mengenai anggaran, belum yang lain. inilah yang saya maksud bahwa UN, keruwetanya, hampir sama dengan Pemilu 2014. sama - sama memakan biaya yang tidak sedikit dan sama - sama juga berpeluang untuk dipermainkan oleh pihak - pihak yang tidak bertanggung jawab.
nah ini yang lebih penting, jika banyak dari para Caleg yang gila karena tidak menang dalam Pemilihan Umum, maka untuk UN tidak menutup kemungkinan banyak juga yang akan stres jika tidak lulus UN.
Demikian tulisan saya tentang Ujian Nasional. atas segala kekuranganya, saya ucapkan terimakasih
Semoga bermanfaat.....
2 Responses to “Ujian Nasional dan Pemilu 2014 ( Seperti 2 Anak Kembar Beda Pendapat dan Anggaran )”
Pemilu sama UN itu sama, sama2 milih bedanya klo pemilu lembar suaranya lebar banget kayak koran pagi yang kebanyakan iklan
April 14, 2014 at 9:56 PMhehehe iya brother.
April 15, 2014 at 1:45 AMkalau UN milih buat diri sendiri, sedangkan pemilu milih buat orang lain.
hahaha
terimakasih sodara.... (y)
Post a Comment